INFOLABUANBAJO.ID – Di lereng tenang Desa Wae Mulu, Kecamatan Wae Rii, Kabupaten Manggarai, NTT, tersembunyi sebuah kisah menakjubkan yang menyatukan legenda purba dan kenyataan masa kini. Di Dusun Rampasasa, sejumlah warga bertubuh pendek hidup damai, menggarap ladang dan menggembalakan ternak. Namun, yang membuat mereka istimewa bukanlah semata perawakan fisik—melainkan dugaan bahwa mereka adalah keturunan langsung manusia purba Homo floresiensis, yang dijuluki “Manusia Hobbit” dari Flores.
Pada Kamis, 26 Februari 2015 silam, sorotan publik nasional kembali tertuju ke wilayah terpencil ini. Dua sosok Pigmi Rampasasa, Viktor Darung dan Elin, berdiri di depan rumah adat mereka. Dengan tinggi badan maksimal 150 cm untuk pria dan 140 cm untuk perempuan, mereka terlihat unik, namun percaya diri. Bersama mereka, Darius Sekak dan warga lainnya terus menjalani hidup seperti biasa, meski dunia luar menyematkan label “manusia Hobbit modern.”
Fosil, Gua, dan Ruang Rahasia
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Cerita ini berakar pada penemuan mengejutkan tahun 2003 oleh tim arkeolog gabungan Indonesia-Australia. Di dalam Gua Liang Bua—yang secara harfiah berarti “gua sejuk”—mereka menggali kerangka mungil LB1. Panjang tubuhnya hanya sekitar 100 cm, volume otaknya 380 cc—jauh lebih kecil dari manusia modern. Gua kapur berukuran 40 x 50 meter dengan tinggi 25 meter itu ternyata menyimpan ruang rahasia di bagian atas, diyakini sebagai tempat persembunyian Homo floresiensis dari hewan buas.
Penemuan ini segera mengguncang dunia arkeologi. Siapa mereka? Dari mana asalnya? Dan apakah keturunan mereka masih bertahan hingga kini?
Pigmi Rampasasa: Antara Mitos dan Genetika
Penduduk Dusun Rampasasa telah lama dikenal memiliki postur tubuh pendek. Namun, seperti ditegaskan oleh Kepala Dusun Rampasasa, Martinus, kondisi ini bukan karena malnutrisi atau kekurangan vitamin, melainkan faktor genetis yang diwariskan turun-temurun. Dalam keseharian, mereka bekerja sebagai petani atau buruh tani, menjauh dari hiruk pikuk sensasi media.
Meski demikian, sebagian ilmuwan percaya ada lebih dari sekadar kebetulan. Gregory Forth, antropolog dari Universitas Alberta, menghabiskan waktu bertahun-tahun tinggal di Flores dan meneliti kisah-kisah lisan masyarakat. Dalam bukunya Between Ape and Human, Forth menyebut telah mewawancarai lebih dari 30 saksi mata yang mengaku melihat makhluk kecil mirip manusia kera berkeliaran di hutan Flores.
“Saya menyimpulkan bahwa penjelasan terbaik dari kesaksian mereka adalah bahwa hominin non-sapiens mungkin masih bertahan di Flores hingga saat ini atau baru-baru ini,” tulisnya, seperti dikutip dari IFL Science.
Perdebatan Ilmiah: Homo floresiensis atau Penyakit?
Tentu, tidak semua ilmuwan sepakat dengan hipotesis ini. Mendiang Teuku Jacob, pakar paleoantropologi dari Universitas Gadjah Mada, berpendapat bahwa fosil Homo floresiensis sebenarnya milik Homo sapiens dari ras Australomelanesid yang mengalami kelainan microcephaly. Menurutnya, kekerdilan ekstrem itu disebabkan oleh gangguan perkembangan otak yang juga ditemukan di masyarakat modern Flores.
“Fosil manusia Flores itu sebenarnya manusia modern yang mengalami penyakit. Jadi bukan spesies baru,” ujar Jacob.
Pandangan ini ditentang oleh sebagian besar komunitas arkeolog dunia, termasuk mereka yang terus menggali lebih dalam situs Liang Bua. Pada tahun 2004, tujuh kerangka tambahan ditemukan, semakin memperkuat keyakinan bahwa Homo floresiensis adalah spesies tersendiri yang punah sekitar 50 ribu tahun lalu.
Masih Adakah Homo Hobbit yang Bersembunyi?
Misteri semakin menebal saat laporan-laporan penampakan makhluk mirip manusia Hobbit di pedalaman Flores kembali mencuat. Cerita rakyat, desas-desus, dan bayangan di balik pohon menjadi bahan perdebatan: benarkah ada keturunan yang masih hidup, atau sekadar mitos yang diwariskan dari masa ke masa?
Pindi Setiawan, arkeolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dengan tegas menampik kemungkinan itu. Baginya, yang masih tersisa dari genus Homo hanyalah Homo sapiens—yakni manusia seperti kita semua.
Penulis : Tim Info Labuan Bajo
Editor : Redaksi
Sumber Berita: Dirangkum Dari Sejumlah Sumber
Halaman : 1 2 Selanjutnya






