INFOLABUANBAJO.ID – Habis gelap terbitlah terang. Ungkapan itu agaknya paling tepat menggambarkan perubahan hidup masyarakat di empat kampung di Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Sejak 2023, warga di Pulau Sumedang, Pontianak, Pasir Panjang, dan Batu Tiga akhirnya menikmati listrik ramah lingkungan dari solar energy system atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Kehadiran listrik tenaga surya itu disambut antusias, baik oleh warga maupun pemerintah setempat.
“Masyarakat sangat bersyukur sekali dan berterimakasih kepada pihak swasta yang sudah membantu masyarakat setempat karena sebelumnya mereka hanya menggunakan lampu sehen sebagai penerang. Tapi itukan hanya di malam hari. Itupun tidak terlalu terang,” ujar Yohanes Suhardi, Camat Boleng, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menjelaskan, penerangan berbasis baterai ini masuk wilayah Boleng pada 2023 dengan tujuan membantu masyarakat kepulauan dalam hal penerangan. “Kini masyarakat setempat sudah bisa menggunakan kulkas, kipas angin, mejik, dan bisa cas HP kapan saja,” katanya.
Namun, harapan yang sempat menyala terang itu mulai meredup. Program bantuan solar energy system kini tersendat karena sebagian warga menolak membayar iuran bulanan yang semula disepakati bersama.
Menurut warga, penolakan itu bermula dari pengaruh salah satu warga berinisial R, yang mengklaim dirinya sebagai tokoh pemuda setempat. “Kami sebenarnya selama ini bayarnya lancar, tapi karena kami ditekan oleh yang namanya Ridwan, makanya kami tidak mau bayar. Kami sebenarnya punya uang untuk bayar iuran bulanan itu,” ujar seorang warga saat ditemui belum lama ini.
Warga itu menjelaskan, sejak R kembali ke kampung, ia mulai memengaruhi warga lain agar tidak membayar iuran. Padahal, kata dia, uang iuran tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama antara donatur dan masyarakat. Dana itu digunakan untuk biaya perawatan serta transportasi petugas yang datang melakukan pengecekan ke lokasi.
“Kami sebenarnya tidak keberatan pak. Daripada kami tidak bisa menikmati listrik. Inikan kami sudah bisa menikmati listrik seperti masyarakat perkotaan. Dan memang harus bayar. PLN saja dari pemerintah bayar apalagi yang bantuan ini. Kalau tidak ada perawatan ya tidak mungkin listrik ini awet pak. Kami khawatir nanti kalau donatur menarik kembali listrik ini, pasti kami kembali menggunakan lampu sehen. Ini ulah dari satu orang provokasi masyarakat,” ujar sumber media ini.
Penulis : Tim Info Labuan Bajo
Editor : Redaksi
Halaman : 1 2 Selanjutnya






