INFOLABUANBAJO.ID — Uskup terpilih Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, bersama rombongan panitia tahbisan uskup menyambangi Kantor Sekretariat Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Manggarai Barat (Mabar) di Wae Mata, Labuan Bajo, Senin (14/10/2024).
Melansir Katolikana.com silahturahmi Mgr. Maksimus Regus ke PCNU Mabar disertai dengan pembagian 200 paket sembako yang diselenggarakan oleh Seksi Sosial Karitatif Panitia Tahbisan Uskup.
Pemandangan berbeda terjadi dimana, terlihat istri para calon bupati dan wakil bupati Manggarai Barat yaitu Trince Yuni dan Maria Falentina Meli, ikut terlibat dalam pembagian sembako tersebut.
Meski masih dalam suasana kampanye pilkada Manggarai Barat, kedua sosok istri dari cabup Edi Endi dan cawabup Yulianus Weng itu ambil bagian dalam kegiatan ini.
Berdasarkan informasi yang diproleh Info Labuan Bajo, Trince Yuni dan Maria Falentina Meli ikut menjadi panitia Tahbisan Uskup Labuan Bajo.
Salah satu umat Katolik di Labuan Bajo, yang meminta namanya dirahasiakan mengatakan, sebaiknya gereja tidak boleh memberanikan diri melibatkan istri dari cabup Edi Endi dan cawabup Yulianus Weng dalam kegiatan tersebut.
“Sebab, saat ini masih dalam nuansa kampanye pilkada Manggarai Barat. Ini bukti gereja tidak bisa jaga netralitasnya. Beda kalau mereka masih menjabat. Gereja kita terjebak dalam kepentingan sesaat,” ungkapnya.
Untuk diketahui, dalam kegiatan tersebut, Uskup Mgr. Maksimus Regus bersama rombongan diterima dengan hangat oleh Ketua PCNU Manggarai Barat dan seluruh jajarannya. Hadir pula ratusan umat muslim yang memenuhi halaman Kantor Sekretariat PCNU Manggarai Barat di Wae Mata.
Dalam pertemuan yang berlangsung dalam suasana yang hangat dan penuh persaudaraan, Mgr. Maksi meminta kesediaan NU beserta semua undangan yang hadir untuk bersama-sama membantu menyukseskan seluruh rangkaian acara tahbisannya sebagai Uskup Labuan Bajo.
Mgr. Maksi menyampaikan bahwa kegiatan silaturahmi ini bukan hanya kegiatan monumental belaka. Akan tetapi justru menjadi gambaran untuk kehidupan bersama yang harus dihidupi ke depannya.
“Ternyata saat saya kembali telusuri dari sejarah, begitu banyak keluarga yang beragama Muslim. Karena itu, bagi saya, dalam banyak perjumpaan sebetulnya kita sudah melewati perjumpaan dalam keberagaman,” ucap Mgr. Maksi.
Yang Mulia juga menyampaikan pada saat waktu studinya di Malang dan Belanda, ia banyak berjumpa dengan umat Muslim NU. Menariknya, saat studi di Belanda, Mgr. Maksi justru dibimbing oleh orang yang tidak beragama.
Pengalaman hidup itu dimaknai Mgr. Maksi bahwa ada kehidupan yang lebih besar di mana manusia harus mengabdi. Ia menyebut dalam kehidupan ini ada alam, ada ekologi, juga ada orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan yang bersama-sama mendiami bumi ini.
Ia mengatakan di dalam kehidupan ini dengan satu-dua alasan untuk kita mengingat adanya kebaikan dan kasih. Mudah-mudahan itu menjadi jembatan yang memudahkan kita untuk saling bertemu dan melakukan hal-hal yang baik dalam kehidupan.
“Sebetulnya kita punya tugas lebih berat. Dengan tugas khusus menyembah Tuhan, kita bertugas melakukan kebaikan-kebaikan di dalam hidup ini. Jangan sampai mereka yang tidak menyebut nama Tuhan lebih baik lagi kelakuannya dari pada kita yang berdoa setiap hari,” kata Mgr. Maksi.
Ketua PCNU Manggarai Barat, Haji Ishak Jabi mengungkapkan bahwa pengurus NU mendukung sepenuhnya pembentukan Keuskupan Labuan Bajo. Termasuk juga penunjukkan Bapa Uskup Maksimus Regus.
Lebih lanjut, Haji Ishak mengatakan bahwa NU sangat bersyukur atas momen silaturahmi ini. Dia mengungkapkan bahwa toleransi umat beragama ini dampaknya bukan hanya dirasakan oleh jamaah NU saja, tetapi oleh umat semua agama.
“Atas nama warga Nahdliyin, kami mengucapkan terima kasih atas kunjungan Yang Mulia ke rumah kami. Hanya Allah yang tahu segala perasaan dan isi hati kami untuk mengungkapkan perasaan hati kami,” tuturnya.
Ia menambahkan pula bahwa selama ini dialog dan toleransi umat beragama di Labuan Bajo sangat baik. Secara khusus, kontribusi NU sangat terlihat dari beberapa kegiatan yang melibatkan pemuda NU, seperti kalau Natal tiba, pemuda NU selalu turut terlibat untuk menjaga keamanan. Sebaliknya pula, Pemuda Katolik juga memainkan peran serupa saat hari raya Idul Fitri.