INFOLABUANBAJO.ID – Tradisi budaya kembali menggema di Kabupaten Ngada dengan digelarnya Ritual Adat Ka Sa’o di Desa Wa’e Ia, Kecamatan Golewa. Ritual sakral ini merupakan warisan leluhur yang hanya dilaksanakan setiap 30 hingga 40 tahun sekali, menjadikannya salah satu acara adat paling langka dan bermakna di Flores, Nusa Tenggara Timur.
Acara yang berlangsung meriah dan penuh khidmat ini turut dihadiri Bupati Ngada, Raymundus Bena, S.S., M.Hum., dan Wakil Bupati Bernadinus Dhey Ngebu, S.P., didampingi oleh Camat Golewa, Moses Janga, serta Kepala Desa Wa’e Ia, Sebastianus Fongo. Kehadiran mereka mendapat sambutan hangat dari para tetua adat, pemilik Sa’o (rumah adat), dan seluruh masyarakat Wa’e Ia.
Rangkaian Ritual Sakral Selama Empat Hari

Ritual Ka Sa’o memiliki rangkaian kegiatan adat yang sangat kompleks dan sakral. Berikut urutan acaranya:
Hari Pertama: Basa Laba dan Liko Bere Dhea – pembukaan ritual yang diawali dengan pembersihan tempat dan pemanggilan arwah leluhur.
Hari Kedua: Pama Ana Ka’e Azi One Nua – ritual penghormatan terhadap rumah adat dan leluhur yang berdiam di dalamnya.
Hari Ketiga: Pama Ana Ka’e Azi Lobo Tozo Thara Dhaga Pu’u Mo’a – simbolik penguatan ikatan antara keluarga besar dan para leluhur.
Hari Keempat: To’a Wela Ghoko Bhaghi – penutupan acara dengan syukuran besar yang dihadiri seluruh elemen masyarakat.
Dalam sambutannya, Bupati Raymundus Bena menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Ngada akan terus berkomitmen mendukung pelestarian budaya lokal.
“Pemda hadir untuk tetap mempertahankan kebudayaan Kabupaten Ngada. Tradisi seperti Ka Sa’o, Ka Bhaga, Ka Madhu, Tinju Adat (Sagi), hingga Caci adalah identitas kita yang harus dijaga,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa program “Membangun Desa, Menata Kota” tidak hanya difokuskan pada pembangunan fisik, tetapi juga pada penguatan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
Kehadiran unsur pemerintah dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa dalam ritual Ka Sa’o ini menunjukkan sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga warisan budaya. Para pemilik Sa’o dan warga Desa Wa’e Ia menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas perhatian yang diberikan.
Ritual Ka Sa’o bukan hanya peristiwa budaya, tetapi juga momentum pemersatu masyarakat lintas generasi. Melalui pelestarian tradisi seperti ini, Kabupaten Ngada menunjukkan jati dirinya sebagai daerah yang kaya akan nilai, sejarah, dan semangat gotong royong. ***
Penulis : Richard Sumbi
Editor : Redaksi