INFOLABUANBAJO.ID — Sejumlah mobil dump truck berjejer rapi di sepanjang jalan trans Flores tepatnya di titik kampung Daleng, Desa Daleng, Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat-NTT.
Pemandangan ini hampir terjadi tiap waktu, manakala kendaran-kendaran tersebut melakukan antrian untuk mengisi bahan bakar di salah satu stasiun pengisian BBM yang ada di wilayah itu.
Karena merasa penasaran dengan situasi antrian panjang yang kerap terjadi, awak media ini mencoba untuk mewawancarai sejumlah sopir dump truck yang ikut mengantri untuk melakukan pengisian BBM Subsidi.
Fakta mengejutkan terkuak, para sopir ini menyebut jika mereka merupakan sopir dari dua perusahaan yang ada di wilayah Lembor yaitu PT. Sinar Lembor Dan PT. Wae Wake.
Kepada Info Labuan Bajo pada Rabu (22/05/2024), sopir kendaraan dari kedua Perusahan ini mengaku menggunakan solar subsidi dan masing-masing mobil memiliki Barcode Pertamina.
Salah seorang yang mengaku sopir dari PT. Sinar Lembor namun enggan menyebutkan namanya mengatakan, “saya sopir Sinar Lembor, pemilik mobil adalah Baba Vinsen. Mobil ini mempunyai Barcode dan saya tidak tahu apakah nantiĀ mengisi solar subsidi atau tidak subsidi.”
Penuturan serupa juga disampaikan salah satu sopir berinisial A yang mengaku dari PT. Wae Wake yang menggunakan solar Subsidi dan mempunyai Barcode Pertamina.
“Mobil ini pemiliknya adalah Wae Wake memiliki belasan mobil menggunakan solar subsidi dengan jumlah pengisian mencapai Rp. 500.000 setiap kali pengisian dan tidak stabil setiap kali pengisian terkadang di bawah Rp. 500.000. Mobil ini mempunyai Barcode untuk mendapatkan solar subsidi,” ungkap A.
Sementara sopir lain bernama Rino yang ikut mengantri di Pertamina Lembor itu menjelaskan keberadaan kendaraan milik Perusahaan yang mengisi BBM Subsidi ini sangat merugikan masyarakat.
“Saya perihatin juga karena hanya punya satu kendaraan apa lagi kami ini pribumi jadi sangat rugi kalau kami menunggu lama karena ada mobil perusahan yang mengisi solar subsidi,” ungkapnya kesal.
Akibat antrian panjang itu, Rino mengaku tidak bisa beraktifitas dalam seharian.
“Kalau kami tidak jalan hari ini maka kami makan apa. Saya juga tahu mobil Dump milik perusahaan yang ikut antrian apakah mereka isi solar subsidi atau tidak kami mohon supaya fakta ini perlu ditelusuri,” tutur Rino.
Terkait masalah ini Pengawas Pendropingan BBM SPBU Lembor bernama Erlin mengaku masalah antrian kendaraan di SPBU Lembor sering terjadi.
“Minyak ini adalah minyak subsidi yang telah diatur oleh BPH Migas. Jadi setiap hari kita hanya mendapat 8 Kl atau senilai 8 ton jadi 8000 itu otomatis habis pada jam 12. Jadi kalau ada mobil lain tidak kebagian maka harus ikut antri lagi” ungkapnya.
Soal adanya mobil-mobil yang dominan berada dalam antrian itu diduga berasal dari satu perusahan milik PT. Sinar Lembor dan PT. Wae Wake yang berwarna hijau bercampur merah pada bagian belakangnya dan mobil berwarna hijau bercampur hitam pada bagian belakangnya, Erlin menyebut bukan ranah-nya untuk mengecek.
“Mobil yang sama itu mempunyai Barcode jadi kami tidak bisa mendikte mereka apakah mereka itu dari perusahaan atau tidak itu bukan ranah kami. Karena selama ini mereka isi menggunakan Barcode jadi kami isi saja. Kuota mereka setiap hari 200 liter jadi supaya semua dapat, kami hanya layani 75 liter dibagi secara merata,” ungkap Erlin.
Dengan dilayaninya mobil yang sama yang berdampak merugikan yang lain, Erlin menjelaskan, mobil yang berasal dari perusahan itu menggunakan solar industri tapi mereka datang isi menggunakan Barcode.
“Kami tidak mengetahui mobil itu milik perusahan karena semua proses pengisian menggunakan Barcode dan pengisian tidak ada masalah. Mereka sendiri juga yang membuat barcodenya,” kata Erlin
“Kami sudah menganjurkan untuk membeli Pertamina dex namun resikonya ketika ada yang membeli tentu harganya naik dan tentu masyarakat juga merasa rugi,” tutup Erlin.
Sementara pemilik PT. Sinar Lembor belum berhasil dimintai tanggapan. Hinggaa berita ini ditulis, sudah beberapa kali awak media ini menghubungi yang bersangkutan melalui telpon, namun tidak aktif.
Begitu juga pemilik PT. Wae Wake.
Saat dihubungi melalui nomor handphone istrinya yang mengaku bernama Fira malah mengaku bukan istri dari pemilik PT. Wae Wake.
“Saya Fira bukan istri dari Pemilik PT.Wae Wake dan bukan pemilik PT tersebut,” kata Fira. **