INFOLABUANBAJO.ID – Dalam rapat persiapan prosesi Paskah 2025 yang berlangsung di Kantor Bupati Manggarai Barat, Bupati Edistasius Endi mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengambil bagian dalam prosesi silentium magnum atau Jumat Hening yang akan dilaksanakan di Labuan Bajo.
Rapat yang digelar pada Kamis, 10 April 2025 ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Vikaris Jenderal Keuskupan Labuan Bajo Romo Rikardus Manggu serta perwakilan dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).
Bupati Edistasius Endi menjelaskan bahwa silentium magnum (Jumat Hening) merupakan ajakan untuk menahan diri dari berbagai aktivitas duniawi selama Jumat Agung, sebagai bentuk penghormatan terhadap momen sakral dalam tradisi Kristiani.
“Kita diajak untuk hening, di hari itu dikurangi aktivitasnya dan butuh keterlibatan kita semua, termasuk masyarakat, TNI maupun Polri untuk wujudkan silentium magnum (Jumat Hening),” ujar Edistasius Endi. Ia menambahkan bahwa kegiatan ini bukan hanya sebatas penghormatan spiritual, tetapi juga menjadi bentuk kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.
Vikaris Jenderal Keuskupan Labuan Bajo, Romo Rikardus Manggu menyampaikan apresiasi terhadap dukungan pemerintah dan lintas sektor terhadap gerakan hening tersebut.
“Sebagai perwakilan dari Gereja Katolik, saya sampaikan terima kasih untuk semua yang hadir. Silentium magnum (Jumat Hening) itu hampir sama dengan Nyepi. Kami berharap dukungan dari semua pihak untuk wujudkan ini, bagaimana kepedulian kita kepada program dari pemerintah untuk mengistirahatkan sejenak bumi ini,” ujar Romo Rikardus.
Dalam pelaksanaannya, masyarakat diimbau untuk menurunkan intensitas aktivitas, menghindari kebisingan, dan memberi waktu untuk refleksi spiritual serta kepedulian terhadap lingkungan. Pemerintah daerah bersama aparat keamanan akan turut serta mengawal kelancaran pelaksanaan gerakan tersebut.
Gerakan silentium magnum akan dilakukan serentak pada Jumat Agung di seluruh wilayah Labuan Bajo, sebagai bagian dari rangkaian prosesi Paskah 2025.
Dengan semangat kolaborasi, Bupati Edistasius berharap bahwa silentium magnum tidak hanya menjadi tradisi keagamaan semata, melainkan juga warisan budaya dan lingkungan yang dapat diteruskan di masa mendatang.
“Kalau kita meniru hal yang positif, ngapain malu,” tutup Bupati Edi. ***
Editor : Redaksi
