INFOLABUANBAJO.ID — Di tengah semilir angin perbukitan Melo, Desa Liang Ndara, Kecamatan Mbeliling, Manggarai Barat, sebuah inisiatif penuh inspirasi digelar pada Minggu, 20 Juli 2025. Anggota DPD RI Perwakilan Nusa Tenggara Timur, dr. Stevi Harman, memprakarsai Workshop Fotografi dan Videografi bertajuk “Outdoor Couple Session / Pre-Wedding Session” yang menyatukan keindahan alam dengan semangat pemberdayaan anak muda dan perempuan.
Dalam suasana hangat dan penuh antusiasme, puluhan peserta yang didominasi mahasiswa serta masyarakat umum dan sejumlah Jurnalis di Labuan Bajo tampak memenuhi ruangan utama pelatihan. Mereka datang bukan hanya untuk belajar teknik kamera, tetapi juga untuk menjemput harapan—mengenal dunia kreatif sebagai peluang masa depan yang lebih baik.
Workshop ini menggandeng pasangan profesional Calvin dan Levana sebagai fasilitator utama. Duet suami-istri yang sudah lama berkiprah di dunia fotografi dan videografi di Bali ini bukan sekadar mengajarkan cara mengambil gambar, tetapi juga membagikan filosofi hidup dan kerja mereka kepada para peserta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Suka kamera atau suka foto saja tidak cukup,” ujar Calvin di hadapan para peserta.
“Kita harus bisa belajar, menjadi terampil, dan akhirnya dibutuhkan serta dibayar karena kita punya passion. Itulah filosofi Jepang yang disebut IKIGAI—perpaduan antara apa yang kita suka, bisa, dibutuhkan, dan dibayar,” tambahnya.
Melalui pendekatan langsung di lapangan, para peserta diajak mengeksplorasi berbagai spot indah di kawasan Melo. Mereka belajar menangkap momen pre-wedding dengan berbagai sudut dan pencahayaan, langsung dari ahlinya. Tak hanya praktik memotret, tetapi juga pemahaman menyeluruh tentang storytelling visual yang menjadi nilai jual dalam dunia industri kreatif saat ini.
Di balik pelatihan teknis ini, tersimpan misi sosial yang kuat. Dalam sambutannya, dr. Stevi Harman menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program pemerintah dalam upaya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Ia menyoroti keresahan yang kini banyak dirasakan orang tua: anak-anak dan remaja yang pulang sekolah tanpa aktivitas positif, mengakses konten bebas dari gawai tanpa pengawasan.
“Anak-anak kita duduk sendiri, buka HP orang tuanya yang tidak dilengkapi pengaman anak, lalu bebas mengakses konten apa pun. Di sinilah masalah bermula,” tutur dr. Stevi dengan tegas.
“Lewat kegiatan seperti ini, mereka punya ruang berkumpul, berdiskusi, dan membangun keterampilan yang positif,” sambungnya.
Tak hanya berhenti pada pelatihan fotografi dan videografi, Stevi juga menyebut rencana kegiatan lanjutan seperti pelatihan salon, yang kini sedang dalam tahap uji coba. Semuanya ditujukan untuk menciptakan ruang aman, produktif, dan bermakna bagi generasi muda.
Pemilihan lokasi kegiatan di kawasan Labuan Bajo dan sekitarnya tentu bukan tanpa pertimbangan. Menurut dr. Stevi, kawasan ini memiliki potensi besar dalam pariwisata, yang secara alami membutuhkan dukungan industri kreatif seperti fotografi dan videografi.
“Banyak pemandu wisata kita yang aktif di media sosial. Kalau mereka punya keahlian tambahan sebagai fotografer atau videografer, wisatawan tentu akan lebih puas,” ujarnya.
Dalam pandangannya, pelatihan seperti ini dapat menjadi pintu masuk bagi para pelaku lokal untuk menambah nilai layanan mereka, menjadikan Labuan Bajo tidak hanya kaya secara alam, tetapi juga unggul secara kreativitas.
Seorang peserta workshop, yang merupakan mahasiswa di Labuan Bajo, mengungkapkan rasa bahagianya bisa terlibat dalam kegiatan ini.
“Senang sekali bisa ikut. Selain belajar hal baru, saya jadi tahu bahwa fotografi bisa jadi peluang usaha juga,” ujarnya singkat namun penuh makna.
Workshop ini menjadi penanda penting bahwa kolaborasi antara kebijakan pemerintah, kreativitas profesional, dan kepedulian sosial bisa berjalan seiring. Dari lereng-lereng Melo yang hijau, semangat baru mulai tumbuh—membangun generasi muda yang bukan hanya kreatif, tapi juga produktif dan terlindungi. ***
Penulis : Tim Info Labuan Bajo
Editor : Redaksi






