Peran Penting Gen Z dan Milenial Menuju Tatanan Politik Baru pada Pilkada Manggarai Barat 2024

Dengan adanya akses kemudahan dalam ruang digital melalui tren, politik dinilai berhasil masuk dan memengaruhi opini publik kedua generasi lewat ruang digital, termasuk dunia politik, kebijakan, bahkan pilkada.

IMG 20240902 222512
Foto: Opank Boni

INFOLABUANBAJO.ID — Pesta demokrasi 2024 sudah semakin dekat. Pilkada menjadi hal yang dinantikan oleh seluruh masyarakat Manggarai Barat. Pilkada tahun ini semakin menarik karena bertambahnya peserta pemilu dari `kelompok usia pemilih muda, yaitu generasi Z dan milenial. Generasi Z dan milenial dikenal sebagai kaum muda yang tumbuh bersama teknologi.

Pilkada 2024 menjadi ajang menunjukkan peran mereka yang semakin berpengaruh, menggugah antusiasme, dan menyuarakan isu-isu politik. Partisipasi mereka dapat memengaruhi arah kebijakan dan isu-isu yang diangkat dalam masyarakat. Hal ini tentunya sangat memberi pengaruh besar pada hasil dari pesta demokrasi yang akan dilaksanakan pada 27 November mendatang.

Berdasarkan angka yang dirilis Komisi Pemilihan Umum(KPU) kedua generasi ini mendominasi pemilih Pilkada 2024, yakni sebanyak 56,45 persen dari total keseluruhan pemilih. Angka tersebut menunjukkan Gen Z dan milenial memiliki potensi untuk membentuk perubahan dan memberikan kontribusi positif dalam pengambilan keputusan.

Banyak dari gen Z dan milenial yang menganggap bahwa pesta demokrasi hanya bertujuan untuk kepentingan beberapa golongan. Keputusan untuk golput atau menggunakan hak pilih sebenarnya merupakan hak pribadi setiap individu. Sebagai warga negara, Gen Z dan milenial yang sudah cukup umur memiliki kewajiban untuk menyukseskan pilkada 2024 dengan menggunakan hak pilihnya.

Mungkin sebagian dari Gen Z dan milenial melihat golput sebagai cara untuk mengekspresikan ketidakpuasannya dari sistem politik di negara ini, khususnya di Manggarai Barat. Sementara yang lain, mungkin menganggap golput sendiri merupakan tindakan yang kurang bertanggung jawab. Jadi, beberapa merasa bahwa partisipasi dalam proses politik lebih efektif dan memberi dampak daripada golput untuk membawa perubahan yang diinginkan.

Hal ini dijelaskan Opank Boni dalam bincang-bincang dengan media ini di Labuan Bajo pada Senin 2 September 2024.

Menurut Opank Boni, Gen Z dan milenial dinilai memiliki kecenderungan untuk enggan terlibat atau bahkan apatis. Namun dengan adanya akses kemudahan dalam ruang digital melalui tren, politik dinilai berhasil masuk dan memengaruhi opini publik kedua generasi lewat ruang digital, termasuk dunia politik, kebijakan, bahkan pilkada.

“Akibat dari kemudahan tersebut, terdapat berbagai reaksi baik positif maupun negatif dari Gen Z dan milenial. Sebagian dari mereka mungkin memilih untuk tidak ikut serta dalam pilkada sebagai bentuk protes atau ketidakpercayaan terhadap sistem politik. Mereka mungkin merasa bahwa suara mereka tidak akan membuat perubahan yang signifikan atau bahwa kandidat yang tersedia tidak memenuhi harapan mereka,” ungkapnya.

Baca Juga:  Pilkada Mabar Memanas, Ada Gejala Oknum ASN dan Kades Mobilisasi Massa Pergi Daftar Bacalon di KPU

Opank Boni berpendapat gen Z dan milenial menggunakan media sosial sebagai platform untuk menyuarakan pandangan politik mereka. Platform media sosial digunakan untuk menyampaikan kritik terhadap kandidat, partai politik, hingga sistem politik di Indonesia, khususnya di Manggarai Barat. Contohnya yang banyak saya jumpai di media sosial, terdapat gen Z dan milenial yang menggunakan humor, meme, dan satire politik sebagai cara untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap politik.

“Tak sepenuhnya gen Z dan milenial memiliki reaksi negatif terhadap situasi politik di negeri ini. Pasalnya, banyak dari mereka yang mulai aware dengan politik. Hal tersebut terjadi karena proses kampanye dari masing-masing paslon menggunakan cara yang lebih modern dan mengikuti tren untuk dapat menggaet atensi mereka. Beberapa paslon tampak membawa tren dunia digital ke dunia nyata seperti baliho paslon bergambar AI, jargon kekinian, dan video iklan pendukung untuk menarik perhatian,” paparnya.

Dikenal dengan kecenderungan apatis, beber Opank Bony, Pilkada 2024 tetap menjadi tolok ukur kepercayaan untuk Manggarai Barat di masa mendatang. Banyak cara yang telah dilakukan KPU dan paslon Pilkada 2024 untuk menarik perhatian gen Z dan milenial yang tampaknya tidak sia-sia dalam dunia maya maupun nyata.

Baca Juga:  Partai Perindo Resmi Usung Mario-Richard di Pilkada Mabar, Hasan: Kami Siap Kerja Totalitas

“Sebagian dari mereka mampu beropini secara luas melalui dunia digital dan dunia nyata untuk menentukan paslon yang mereka anggap sesuai. Dengan hal ini, diharapkan Pilkada 2024 dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat luas termasuk gen Z dan milenial untuk menentukan nasib Manggarai Barat di masa mendatang,” tandasnya.

Sementara itu, Opank mengatakan, pemimpin 2024 menjadi penentu nasib 5 tahun ke depan dan Manggarai Barat di masa mendatang. Memiliki pemimpin yang memahami serta bertindak dalam nasib masyarakat Manggarai Barat sangat diperlukan. Jujur serta adil dalam penanganan negara. Tidak kuno dalam pengembangan Manggarai Barat dalam perkembangan zaman.

“Dengan kehadiran anak muda dalam perhelatan pilkada Manggarai Barat, tentu ini menjadi semangat dan warna baru bagi generasi Gen Z dan Milenial yang selama ini belum melek politik,” tandasnya.

“Harapan ini tidak terlepas dalam kepercayaan gen Z dan milenial pada tangan Manggarai Barat di masa mendatang. Dengan harapan pemimpin mampu membawa Manggarai Barat lebih maju dan sejahtera menuju Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.