
Oleh: Sil Joni*
Di mana ada wanita, di sana ada sukacita yang mengalirkan daya hidup. Keberadaannya dilihat sebagai ‘jantung’ rumah tangga bahkan kunci kesuksesan seorang laki-laki.
Bisanya, wanita lebih tertarik untuk bermain di belakang layar. Mereka lebih senang ‘berpeluh’ ketimbang mengeluh. Meski berperan di ‘area domestik’, tetapi kontribusi mereka sangat menentukan. Laki-laki pasti ‘mati gaya’ di panggung depan ketika wanita ‘tak optimal’ menjalankan perannya. Sangat mustahil kita menebar senyum di area depan, ketika tak ada suplai ‘kehidupan’ dari panggung belakang itu.
Tulisan ini bermaksud merefleksikan sekaligus mengapresiasi ‘dedikasi’ sejumlah ibu di Watu Langkas yang sedang ‘mencurahkan tenaga dan waktu’ untuk keberhasilan acara syukuran penerimaan Komuni Pertama ( Sambut Baru) dari anak Joko, putra dari pak Vinsem Burmanse yang digelar besok, Sabtu (8/6/2024).
Harus diakui dengan jujur bahwa yang paling berkorban dan bahkan boleh dibilang ‘paling menderita’ dalam sebuah hajatan atau pesta adalah para ibu (perempuan). Perjuangan dan pengorbanan mereka begitu tulus dan total agar semua yang tersaji ‘di panggung depan’, terlihat sempurna. Para ibu berjuang dalam senyap. Mereka lebih senang berpeluh ketimbang mengeluh. Tujuannya adalah wajah tuan pesta ‘tidak tercemar’ oleh kelalaian dalam meracik menu spesial yang disuguhkan ke para tamu.
Tidak berlebihan jika para ibu merupakan aktor kunci dan yang paling sibuk dalam menyukseskan seluruh rangkaian acara itu. Bisa dibayangkan, kira-kira apa yang terjadi jika para ibu itu ‘ngambek atau ogah’ menjalankan misi pengabdiannya di ‘area belakang’ itu.
Kita tahu bahwa dapur, meski letaknya di bagian belakang, relatif jauh dari ‘panggung utama’, tetapi perannya sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah acara. Salah satu indikator keberhasilan sebuah pesta adalah menu masakan yang disuguhkan bercitarasa tinggi dan berkualitas.
Oleh karenanya, dapur selalu berkorelasi dengan disiplin. Ketika aspek kedisiplinan terjaga dengan baik, maka kans meraih kesuksesan dalam menyelenggarakan sebuah acara, semakin terbuka lebar.
Sampai pada titik ini, sudah semestinya kita mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para ibu yang telah berkontribusi dalam memperhatikan dan menumbuhkan kedisiplinan bagi para lelaki dalam bekerja.
Terlepas dari cerita ‘ketimpangan pelaksanaan peran’ antara laki-laki dan perempuan di atas, harus disadari bahwa di mana ada dapur, terutama ketika sedang mengepul, di situ aroma kehidupan begitu terasa. Dapur itu, lebih dari sekadar cooking space. Ia identik dengan ‘living space’. Siapa ingin hidup baik, datanglah ke dapur dan olahlah segala yang ada di sana. Dijamin kebutuhan raga tak menemui kendala.

Halaman : 1 2 Selanjutnya