Pikiran Sesat dan Dugaan Menghasut Warga Lewat Pemberitaan Berisi Politik Sektarian Mengancam Pilkada Manggarai Barat

Screenshot 20241109 141643 CapCut
Ketua Relawan Muda paslon nomor urut 1 Mario-Richard Sergius Try Dedi

INFOLABUANBAJO.ID — Pemilihan kepala daerah Manggarai Barat 2024 kini semakin memanas.

Berbagai macam dugaan informasi sesat berseleweran di ruang publik yang menyerang salah satu paslon pilkada.

Menanggapai informasi yang diduga sesat tersebut, Ketua Relawan Muda paslon nomor urut 1 Mario-Richard Sergius Try Dedi mengatakan, berita yang di sampaikan salah satu media yang menyudutkan pak Mario menyebarkan hoax, adalah pernyataan yang keliru

“Kekeliruan pernyataan ini di karenakan kesimpulan yang di ambil dalam narasi pemberitaan itu terlalu sempit,” ungkap Try Dedi.

Try Dedi mengatakan, cabup Mario Pranda sebelumnya membagikan hasil screenshot foto yang berasal dari salah satu Group WA paslon Edi-Weng dengan nama “edi weng Poros Selatan”

“Dalam postingan itu menampilkan sejumlah foto, dimana sejumlah di foto tersebut, memakai baju paket Edi-Weng bernomor 2, dan sementara memegang sejumlah uang. Foto yang ditampilkan pak Mario di group relawan anak momang tidak sedang menyebarkan hoax, karena hanya membagikan foto tanpa caption,” tegas Try Dedi.

Baca Juga:  Warga Bari Bongkar Dugaan Politik Uang Tim Edi-Weng, Ngaku Diberi 400 Ribu

Tery Dedi dengan tegas mengatakan, Cabup Mario Pranda juga sama sekali tidak menuding atau membuat keterangan yang mengarah pada pemfitnahan sebagaimana yang diberitakan itu.

“Sekali lagi saya tegaskan, Pak Mario hanya membagikan foto. Tidak ada narasi atau membuat kesimpulan atau memberi komentar lanjutan terkait foto itu,” tandasnya.

Try Dedi menilai pemberitaan media tentang Cabup Mario Pranda menyebarkan hoax adalah sebuah kesalahan dan kekeliruan yang fatal karena tidak berdasarkan fakta.

“Komentar anggota Group relawan anak momang dengan berbagai narasi yang timbul tidak bisa simpulkan bahwa itu di karenakan postingan Pak Mario didarenakan banyak orang yang telah mempostingnya di beberapa media sosial,” beber Try Dedi.

Sergius Try Dedi merasa janggal dengan isi pemberitaan yang beredar oleh karena itu pihaknya mengatakan media yang memberitakan hal tersebut telah melakukan kekeliruan dan kesalahan yang berakibat pada kandidat Mario-Richard.

Baca Juga:  Dugaan Politik Uang Tim Edi-Weng, Penjara Maksimal 6 Tahun dan Denda 1 Milyar Jika Terbukti

Apalagi kata Try Dedi, pihak media itu tidak pernah melakukan konfimasi kepada Cabup Mario Pranda untuk menanyakan maksud dari postingannya itu.

“Pihak media yang memberitakan serta merta menyimpulkan bahwa Pak Mario sebagai sebab pemfitnahan. Ini kesimpulan yang keliru yg sesat yang jauh dari kebenaran,” tandas Try Dedi.

Tidak Ada Fitnah Terhadap Haji

Sergius Try Dedi juga menanggapi isi berita dari media labuan Bajo dengan judul seorang haji difitnah.

Try Dedi menegaskan tidak ada proses pemfitnahan terhadap haji sebagaimana yang dimaksud dalam judul berita pada media itu.

“Alasannya jelas orang-orang berkomentar di dalam group relawan anak momang, terhadap gambar yang tertampil dari hasil screenshot dari group “edi weng Poros selatan” tidak terhadap status pribadi atau predikat orang yang ada dalam foto tersebut. Komentar tersebut adalah respon spontan terhadap foto dan bukan terhadap status serta predikat seseorang orang, di dalam foto yang di bagikan ada banyak orang dalam screenshot tersebut,” tegas Try Dedi.

Baca Juga:  Final Dukung Edi-Weng, PKS dan PBB Tepis Isu Bangun Poros Ketiga di Pilkada Manggarai Barat

Menurut Try Dedi, berita tersebut sebagai upaya penggiringan opini dengan menyebut seorang haji difitnah.

“Bagi kami sebuah kesesatan berpikir, dan kami menduga ada upaya membangun wacana politik yang bersifat sekterian dengan menjadikan status, predikat personal orang di dalam foto dengan membangun simpatik kelompok berdasarkan status dan agama. Sehingga ada unsur ketidaksukaan pada Pak Mario dari golongan tertentu,” bebernya.

Dijelaskan Try Dedi, cara-cara seperti ini adalah sebuah kesalahan dan menjadi masalah dalam membangun demokrasi di Manggarai Barat.

“Mencari simpatik dan dukungan rakyat berdasarkan kelompok dan agama. Pristiwa ini bisa mengganggu karakter bangsa yang majemuk yang terawat dalam bingkai Pancasila,” tutupnya.